Kalbarpost.co.id – Sanggau, Kalimantan Barat – 13 September 2025 Aktivitas pertambangan emas tanpa izin (PETI) kembali marak di aliran Sungai Kapuas, tepatnya di Desa Nanga Biang, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau.

Meski aparat kerap melakukan razia, mesin dompeng dan sedot kembali beroperasi begitu situasi dianggap aman. Warga menduga ada hubungan baik antara oknum aparat dan para penambang emas ilegal, sehingga aktivitas tersebut tak pernah benar-benar berhenti.

Pantauan masyarakat menggambarkan pola berulang: saat razia berlangsung, para penambang tiarap seolah bersembunyi, namun tak lama setelah aparat pergi, suara dentuman mesin kembali menggema di tepian sungai.

“Kalau ada razia, mereka hilang. Setelah itu muncul lagi. Seolah tidak ada efek jera sama sekali,” ujar seorang warga yang enggan menyebutkan identitasnya. Ia menilai razia hanya menyasar pelaku kecil, sementara aktor besar di balik bisnis PETI tetap bebas.

Sungai Kapuas sebagai sumber kehidupan masyarakat kini menghadapi ancaman serius: air keruh, ekosistem terganggu, dan rantai ekonomi perairan rusak. Padahal, sungai ini bernilai strategis baik secara ekologis maupun ekonomi.

Sesuai UU No. 3 Tahun 2020 tentang Minerba, pertambangan tanpa izin adalah tindak pidana dengan ancaman penjara dan denda miliaran rupiah. Sementara UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menegaskan, perusakan lingkungan dapat dijerat pidana hingga 10 tahun penjara.

Namun, warga menilai penegakan hukum masih tebang pilih.

“Hukum seakan hanya tajam ke bawah, tumpul ke atas. Yang kecil ditangkap, sementara yang besar dibiarkan,” kata warga lainnya.

Situasi ini menimbulkan tanda tanya mengenai komitmen aparat dan pemerintah daerah dalam memberantas PETI. Razia yang bersifat seremonial dinilai tak cukup tanpa langkah hukum nyata terhadap jaringan besar, mulai dari cukong tambang, pemasok bahan bakar, hingga dugaan keterlibatan oknum aparat.

Masyarakat mendesak aparat bertindak tegas agar kerusakan Sungai Kapuas tidak semakin parah.

“Yang kami minta sederhana: tegakkan hukum dengan adil. Jangan hanya rakyat kecil, bongkar juga aktor besar di belakangnya,” tutup seorang warga dengan nada kecewa.

Sumber: Warga Setempat